Keseimbangan asam – basa memang merupakan hal yang
harus diketahui pada keperawatan kritis. Karena dengan mengetahui pasti kondisi
pH pasien perawat dapat memberikan terapi yang tepat. Untuk itu pada materi ini
kita akan sharing tentang prinsip dalam pembacaan AGD. Memang banyak materi
tentang keseimbangan asam basa namun sedikit materi yang mengulas secara
singkat dan jelas tentang ini. Prinsip yang perlu diingat sehingga mudah
menentukan apakah pasien asidosis atau alkalosis, apakah pasien berada pada kondisi
asidosis/alkalosis murni, terkompensasi sebagian, atau terkompensasi penuh.
Materi ini dilengkapi dengan intepretasi kasus nyata sehingga akan lebih mudah
dipahami dan diingat. Selain itu materi ini juga dilengkapi tentang prinsip
pengambilan darah arteri dimana darah arteri merupakan sampel dari AGD. Prinsip
pengambilan darah arteri juga penting agar tidak terjadi hasil yang bias
sehingga akan mempengaruhi terapi pada pasien.
a. Pengertian
Pengambilan sampel darah arteri
adalah pengambilan sampel darah melalui pembuluh darah arteri. Pemeriksaan
analisa gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan “ASTRUP”,
yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah arteri. Lokasi
pengambilan darah yang umum dilakukan yaitu Arteri radialis, Arteri
brachialis dan Arteri Femoralis.
b. Manfaat
Analisa gas darah arteri berguna
untuk mengkaji status oksigenasi klien (tekanan oksigen arterial [PaO2]),
ventilasi alveolar (tekanan karbondioksida arterial [PaCO2]), dan juga untuk
menilai keseimbangan asam basa. Hasil dari pemeriksaan gas darah sangat berarti
bagi monitoring hasil tindakan penatalaksanaan oksigenasi klien, terapi
oksigen, dan untuk mengevaluasi respon tubuh klien terhadap tindakan dan terapi
misalnya pada saat klien menjalani weaning dari penggunaan ventilator. Sampel
darah yang diambil digunakan untuk mengukur komponen gas didalam darah arteri
dan pH darah. Nilai yang diperoleh mereflekasikan kualitas ventilasi dan
perfusi jaringan.
c. Hal yang perlu diperhatikan
1. Tindakan pungsi arteri harus
dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih
2. Gunakan spuit khusus untuk
pengambilan AGD (spuit sudah mengandung heparin). Apabila tidak ada spuit yang
digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin untuk mencegah darah
membeku
3. Kaji ambang nyeri klien, apabila
klien tidak mampu menoleransi nyeri, berikan anestesi lokal
4. Bila menggunakan arteri radialis,
lakukan test allent untuk mengetahui kepatenan arteri
5. Untuk memastikan apakah yang
keluar darah vena atau darah arteri, lihat darah yang keluar, apabila keluar
sendiri tanpa kita tarik berarti darah arteri
6. Apabila darah sudah berhasil
diambil, goyangkan spuit sehingga darah tercampur rata dan tidak membeku
7. Lakukan penekanan yang lama pada
bekas area insersi (aliran arteri lebih deras daripada vena).
8. Keluarkan udara dari spuit jika
sudah berhasil mengambil darah dan tutup ujung jarum dengan karet atau gabus.
9. Ukur tanda vital (terutama suhu)
sebelum darah diambil
10. Segera kirim ke laboratorium (
sito )
d. Persyaratan Umum
Beberapa
persyaratan umum yang perlu diperhatikan untuk memperoleh hasil pemeriksaan
yang akurat adalah:
1. Pasien diusahakan dalam keadaan
tenang dengan posisi berbaring (pasien dalam keadaan takut/ gelisah akan
menyebabkan hiperventilasi).
2. Pengambilan darah pada pasien
yang sedang mendapat terapi oksigen dilakukan minimal 20 menit setelah
pemberian oksigen dan perlu dicantumkan kadar oksigen yang diberikan
3. Perlu diwaspadai adanya
perdarahan dan hematoma akibat pengambilan darah terutama pada bagian yang
sedang mendapat terapi antikoagulan
4. Suhu tubuh pasien dan waktu
pengambilan darah harus dicantumkan dalam formulir permohonan pemeriksaan
e. Alat dan bahan
1. Spuit 2 ml atau 3ml dengan jarum
ukuran 22 atau 25 (untuk anak-anak) dan nomor 20 atau 21 untuk dewasa
2. Heparin
3. Yodium-povidin
4. Penutup jarum (gabus atau karet)
5. Kasa steril
6. Kapas alcohol
7. Plester dan gunting
8. Pengalas
9. Handuk kecil
10. Sarung tangan sekali pakai
11. Obat anestesi lokal jika
dibutuhkan
12. Wadah berisi es
13. Kertas label untuk nama
14. Thermometer
15. Bengkok
f. Prosedur Pengambilan darah arteri radialis
1. Baca status dan data klien untuk
memastikan indikasi pengambilan AGD
2. Cek alat-alat yang akan digunakan
3. Beri salam dan panggil klien
sesuai dengan namanya
4. Perkenalkan nama perawat
5. Jelaskan prosedur yang akan
dilakukan pada klien
6. Jelaskan tujuan tindakan yang
dilakukan
7. Beri kesempatan pada klien untuk
bertanya
8. Tanyakan keluhan klien saat ini
9. Jaga privasi klien
10. Dekatkan alat-alat ke sisi
tempat tidur klien
11. Posisikan klien dengan nyaman
12. Cuci tangan dan pakai sarung
tangan sekali pakai
13. Palpasi arteri radialis
14. Lakukan allen’s tes
15. Hiperekstensikan pergelangan
tangan klien di atas gulungan handuk
16. Raba kembali arteri radialis dan
palpasi pulsasi yang paling keras dengan menggunakan jari telunjuk dan jari
tengah
17. Desinfeksi area yang akan
dipungsi menggunakan yodium-povidin, kemudian diusap dengan kapas alkohol
18. Berikan anestesi lokal jika
perlu
19. Bilas spuit ukuran 3 ml dengan
sedikit heparin 1000 U/ml dan kemudian kosongkan spuit, biarkan heparin berada
dalam jarum dan spuit
20. Sambil mempalpasi arteri,
masukkan jarum dengan sudut 45 ° sambil menstabilkan arteri klien dengan tangan
yang lain
21. Observasi adanya pulsasi
(denyutan) aliran darah masuk spuit (apabila darah tidak bisa naik sendiri,
kemungkinan pungsi mengenai vena)
22. Ambil darah 1 sampai 2 ml
23. Tarik spuit dari arteri, tekan
bekas pungsi dengan menggunakan kasa 5-10 menit
24. Buang udara yang berada dalam
spuit, sumbat spuit dengan gabus atau karet
25. Putar-putar spuit sehingga darah
bercampur dengan heparin
26. Tempatkan spuit di antara es
yang sudah dipecah
27. Ukur suhu dan pernafasan klien
28. Beri label pada spesimen yang
berisi nama, suhu, konsentrasi oksigen yang digunakan klien jika kilen
menggunakan terapi oksigen
29. Kirim segera darah ke laboratorium
30. Beri plester dan kasa jika area
bekas tusukan sudah tidak mengeluarkan darah (untuk klien yang mendapat terapi
antikoagulan, penekanan membutuhkan waktu yang lama)
31. Bereskan alat yang telah
digunakan, lepas sarung tangan
32. Cuci tangan
33. Kaji respon klien setelah
pengambilan AGD
34. Berikan reinforcement positif
pada klien
35. Buat kontrak untuk pertemuan
selanjutnya
36. Akhiri kegiatan dan ucapkan
salam
37. Dokumentasikan di dalam catatan
keperawatan waktu pemeriksaan AGD, dari sebelah mana darah diambil dan respon
klien
g. Definisi “allens’s tes”
Tujuan uji allen tes adalah untuk
menilai sistem kolateral arteri radialis. Penderita diminta mengepalkan tangan
dengan kencang. Pengambil darah dengan jari menekan kedua arteri radialis dan ulnaris.
Penderita diminta membuka dan mengepalkan beberapa kali hingga jari-jari pucat,
kemudian biarkan telapak tangan terbuka. Pengambil darah melepaskan tekanan
jarinya dari arteri ulnaris, telapak tangan akan pulih warnanya dalam 15 detik
bila darah dari arteri ulnaris mengisi pembuluh kapiler tangan.
Bila terdapat gangguan
kolateralisasi pada arteri ulnaris (uji Allen negative), arteri radialis tidak
boleh digunakan untuk pengambilan darah arteri. Bila tidak terdapat
kolateralisasi arteri radialis dan arteri ulnaris (uji Allen negative), arteri
radialis tidak boleh digunakan.
Minta klien untuk mengepalkan tangan
dengan kuat, berikan tekanan langsung pada arteri radialis dan ulnaris, minta
klien untuk membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna
jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15
detik, warna merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas,
tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan negatif,
hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.
INTERPRETASI BGA ATAU AGD
Sebelum mampu mengintepretasikan
hasil analisa gas darah menurut “Handerson – Hasellbalch” perlu diketahui nilai
normal serta prinsip – prinsip dalam pembacaan analisa gas darah.
Nilai Normal :
KOMPONEN
|
NILAI NORMAL
|
pH
|
7,35 – 7,45
|
pCO2
|
35 – 45
|
HCO3
|
22 – 26
|
BE
|
-2 --
+2
|
Prinsip – prinsip yang perlu di ketahui dan di ingat adalah :
1. pH atau derajad keasaman
a. Asam (asidosis) : pH ↓
b. Basa (alkalosis) : pH↑
2. Perbedaan gangguan
respiratorik atau metabolic
a. Gangguan respiratorik :
mempengaruhi pCO2
b. Gangguan metabolic :
mempengaruhi BE/HCO3
3. Gangguan respiratorik
a. pH berbanding terbalik dengan
pCO2
b. pH ↓ : pCO2↑
c. pH ↑: pCO2↓
4. Gangguan metabolik
a. pH sebanding dengan pCO2
b. pH ↓ : HCO3↓
c. pH ↑: HCO3↑
5. Table keseimbangan asam – basa
KONDISI
|
pH
|
pCO2
|
BE/HCO3
|
Asidosis metabolic
|
|||
Murni
|
↓
|
N
|
↓
|
Terkompensasi sebagian
|
↓
|
↓
|
↓
|
Terkompensasi penuh
|
N
(7,35 – 7,40)
|
↓
|
↓
|
Asidosis respiratorik
|
|||
Murni
|
↓
|
↑
|
N
|
Terkompensasi sebagian
|
↓
|
↑
|
↑
|
Terkompensasi penuh
|
N
(7,35 – 7,40)
|
↑
|
↑
|
Alkalosis metabolic
|
|||
Murni
|
↑
|
N
|
↑
|
Terkompensasi sebagian
|
↑
|
↑
|
↑
|
Terkompensasi penuh
|
N
(7,41 – 7,45)
|
↑
|
↑
|
Alkalosis respiratorik
|
|||
Murni
|
↑
|
↓
|
N
|
Terkompensasi sebagian
|
↑
|
↓
|
↓
|
Terkompensasi penuh
|
N
(7,41 – 7,45)
|
↓
|
↓
|
PENANGANAN
Asidosis Metabolik
Pada kondisi asidosis metabolik
terjadi reaksi antara CO2 + HCO3⁻ menjadi H2CO3
(asam bikarbonat). Terjadi penumpukan asam bikarbonat (H2CO3) terjadi penurunan
ion karbonat (HCO3⁻) sehingga perlu diberikan tambahan ion tersebut dari luar.
Pemberian NATRIUM BIKARBONAT adalah cara penanganan asidosis metabolic. Dengan
pemberian BICNAT (NABIC)/MEYLON akan mengikat H⁺ sehingga akan
mengurangi terbentuknya asam. BICNAT/MEYLON tidak diberikan secara sembarangan,
ada rumus khusus dalam pemberiannya. (lihat materi rumus dan koreksi cairan
serta elektrolit)
Alkalosis Metabolik
Pada alkalosis metabolic terjadi
peningkatan ion karbonat, hal ini terjadi karena tidak ada pembentukan asam
karbonat di dalam tubuh. Defek mekanisme yang dilakukan oleh tubuh yaitu ginjal
berusaha mengeluarkan ion karbonat. Dalam kasus alkalosis metabolic diberikan
diuretic untuk membantu mengeluarkan ion karbonat
Asidosis respiratorik
Pada kondisi asidosis respiratorik
terjadi peningkatan CO2 dalam tubuh. Hal ini terjadi pada kasus hipoventilasi
sehingga terjadi peningkatan CO2 dalam tubuh akibat dari terhambatnya proses
pengeluaran CO2. Terapi dari asidosis respiratorik yaitu pemberian terapi
okseigen, pada pasien dengan asidosis respiratorik diberikan masker sungkup
non-rebreathing. (lihat materi tentang oksigenasi)
Alkalosis respiratorik
Pada kondisi alkalosis
respiratorik terjadi penurunan CO2 dalam tubuh. Hal ini terjadi pada kasus
hiperventilasi sehingga terjadi penurunan CO2 dalam tubuh akibat dari proses
pengeluaran CO2 yang berlebihan. Terapi dari alkalosis respiratorik yaitu
pemberian terapi okseigen, pada pasien dengan alkalosis respiratorik diberikan
masker sungkup rebreathing. (lihat materi tentang oksigenasi)
INTERPRETASI KASUS
Dibawah ini adalah hasil dari
Analisa Gas Darah, setelah membaca & memahami materi tentang keseimbangan
asam – basa, silakan analisa beberapa hasil AGD!!!!!
PARAMETER
|
HASIL
|
SATUAN
|
NILAI NORMAL
|
PH
|
7,22
|
7,35 – 7,45
|
|
pCO2
|
77
|
mmHg
|
35 – 45
|
pO2
|
101
|
mmHg
|
80 – 100
|
BE
|
3,8
|
Mmol/L
|
-2 – 2
|
HCO3
|
31,5
|
Mmol/L
|
22 – 26
|
PARAMETER
|
HASIL
|
SATUAN
|
NILAI NORMAL
|
PH
|
7,29
|
7,35 – 7,45
|
|
pCO2
|
44
|
mmHg
|
35 – 45
|
pO2
|
112
|
mmHg
|
80 – 100
|
BE
|
-5,5
|
Mmol/L
|
-2 – 2
|
HCO3
|
21,2
|
Mmol/L
|
22 – 26
|
PARAMETER
|
HASIL
|
SATUAN
|
NILAI NORMAL
|
PH
|
7,24
|
7,35 – 7,45
|
|
pCO2
|
54
|
mmHg
|
35 – 45
|
pO2
|
91
|
mmHg
|
80 – 100
|
BE
|
-4,3
|
Mmol/L
|
-2 – 2
|
HCO3
|
22,5
|
Mmol/L
|
22 – 26
|
PARAMETER
|
HASIL
|
SATUAN
|
NILAI NORMAL
|
PH
|
7,43
|
7,35 – 7,45
|
|
pCO2
|
40
|
mmHg
|
35 – 45
|
pO2
|
232
|
mmHg
|
80 – 100
|
BE
|
2,2
|
Mmol/L
|
-2 – 2
|
HCO3
|
26,5
|
Mmol/L
|
22 – 26
|
PARAMETER
|
HASIL
|
SATUAN
|
NILAI NORMAL
|
PH
|
7,5
|
7,35 – 7,45
|
|
pCO2
|
32
|
mmHg
|
35 – 45
|
pO2
|
341
|
mmHg
|
80 – 100
|
BE
|
1,8
|
Mmol/L
|
-2 – 2
|
HCO3
|
25
|
Mmol/L
|
22 – 26
|
PARAMETER
|
HASIL
|
SATUAN
|
NILAI NORMAL
|
PH
|
7,34
|
7,35 – 7,45
|
|
pCO2
|
79
|
mmHg
|
35 – 45
|
pO2
|
59
|
mmHg
|
80 – 100
|
BE
|
16,8
|
Mmol/L
|
-2 – 2
|
HCO3
|
42,6
|
Mmol/L
|
22 – 26
|
PARAMETER
|
HASIL
|
SATUAN
|
NILAI NORMAL
|
PH
|
7,49
|
7,35 – 7,45
|
|
pCO2
|
56
|
mmHg
|
35 – 45
|
pO2
|
116
|
mmHg
|
80 – 100
|
BE
|
19,4
|
Mmol/L
|
-2 – 2
|
HCO3
|
42,7
|
Mmol/L
|
22 – 26
|
PARAMETER
|
HASIL
|
SATUAN
|
NILAI NORMAL
|
PH
|
7,37
|
7,35 – 7,45
|
|
pCO2
|
54
|
mmHg
|
35 – 45
|
pO2
|
47
|
mmHg
|
80 – 100
|
BE
|
5,9
|
Mmol/L
|
-2 – 2
|
HCO3
|
31,2
|
Mmol/L
|
22 – 26
|