Traktus Urinarius - Mediaku

Mediaku

saya membuat blog ini berisi Anime, nonton bioskop, pelajaran Kesehatan, makalah, dan file pelajaran kesehatan. artikel blog ini bisa di download. semoga bermanfaat terimakasih telah berkunjung

Random Posts

Terbaru

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Thursday, August 15, 2019

Traktus Urinarius


1.    Jelaskan mekanisme pembentukan urin
2.    Apakah ciri-ciri dari urin normal?
3.    Faktor apa saja yang mempengaruhi warna urin?
4.    Hubungan fever dan dysuria dengan pembentukan urin
5.    Sebutkan organ pembentuk urin
6.    Faktor yang mempengaruhi pembentukan urin
7.    Komplikasi apa saja yang terjadi jika pembentukan urin tidak normal?
8.    Sebutkan fungsi dari ginjal
9.    Hormon apa saja yang mempengaruhi system pembentukan urin?

Dysuria : Kesulitan untuk membuang urin.
1.        Mekanisme pembentukan urin dan fisiologi osmoregulasi
Urin dibentuk di nefron yaitu dengan menyaring darah dan kemudian mengambil kembali ke dalam darah bahan-bahan yang bermanfaat. Dengan demikian akan tersisa bahan tak berguna, yang nantinya akan keluar dari nefron dalam bentuk suatu larutan, yang disebut urin. Sebelum menjadi urin, di dalam ginjal akan terjadi tiga macam proses, yaitu: 
1. Penyaringan (filtrasi)
Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan. Beberapa faktor yang mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Pada filtrat glomerulus masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garamgaram lainnya.
Force yg terlibat dalam filtrasi glomerulus:
1. tekanan kapiler darah glomerular. (turun) 55 mmhg
2. tekanan osmotik plasma osmotik (naik) 30 mmhg
3. tekanan hidrostatik kapsul bowman(naik) 15 mmhg
4. tekan akhir –net filtration pressure (turun) 10 mmhg

Kemampuan filtrasi zat di glomerulus:
-       Berbanding terbalik dengan ukuran molekulnya. Semakin kecil molekulnya, maka filtrasinya akan semakin besar.
-       Berbanding terbalik dengan berat molekulnya. Semakin besar berat molekulnya, maka filtrasinya akan semakin kecil.
-       Berbanding terbalik dengan muatan negatif. Semakin negatif muatan suatu molekul, maka filtrasinya akan semakin kecil.

GFR, ditentukan oleh :
1.      Jumlah daya hidrostatik dan osmotik koloid pada membran glomerulus
a.    Tekanan hidrostatik kapiler glomerulus, mendorong filtrasi (+)
b.    Tekanan hidrostatik kapsula Bowman, menghambat filtrasi (-)
c.    Tekanan osmotik koloid protein plasma kapiler glomerulus, menghambat filtrasi (-)
d.   Tekanan osmotik koloid protien plasma kapsula Bowman, mendorong filtrasi (+); namun pada orang normal, tekanan ini adalah sama dengan nol.
2.      Koefisien filtrasi kapiler glomerulus, yang dipengaruhi oleh kondiktivitas hidrolik dan area permukaan filtrasi kapiler glomerulus.

2. Penyerapan kembali (Reabsorbsi)
Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal. Zat-zat yang diserap kembali oleh darah antara lain: glukosa, asam amino dan ion-ion anorganik (Na+,K+Ca++Cl-HCO3-HPO4-3SO4-3). Proses ini terjadi karena transpor aktif.
Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali.
Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin seku Zder yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03`, dalam urin primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder.
Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam mino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osn osis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.
Dalam proses penyerapan kembali glukosa, tidak semua glukosa dapat diserap karena penyerapan glukosa mempunyai ambang batas. Glukosa mempunyai transporter sendiri, yaitu GLUT (Glucose transporter), jika GLUT hanya ada 10 sedangkan glukosa yang harus diserap melebihi 10, maka sisa glukosa lainnya tidak akan diserap. Inilah yang terkadang menyebabkan urin normal juga positif terhadap glukosa padahal tidak terkena penyakit diabetes melitus.
Hasil dari reabsorpsi urin primer adalah urin sekunder yang mengandung sisa limbah nitrogen dan urea.

Urine sekunder akan masuk ke lengkung Henle menuju tubulus kontortus distal. Pada saat melewati lengkung Henle desenden, air berosmosis keluar sehingga volume urin sekunder menurun dan menjadi pekat. Saat melewati lengkung Henle asenden, garam (Na+) dipompa keluar, sehingga kepekatan urin berkurang tetapi volume urin tetap. Dengan demikian konsentrasi garam di luar tubulus meningkat.

3. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warm dan bau pada urin.
Dari lengkung Henle asenden, urin sekunder akan masuk ke tubulus distal. Di dalam tubulus distal urin sekunder mengalami augmentasi yaitu proses penambahan zat –zat yang tidak diperlukan oleh tubuh ke dalam tubulus kontortus distal. Zat sisa yang dikeluarkan dari pembuluh darah kapiler adalah ion hidrogen (H+), ion kalium (K+), NH3 dan kreatinin. Pengeluaran (H+) ini membantu menjaga pH yang tetap dalam darah. Selama melewati tubulus distal dan tubulus kolektifus, urin kehilangan banyak air (H2O) sehingga konsentrasi urin semakin pekat. Setelah itu urin memasuki pelvis renalis dan menuju ureter, kemudian dialirkan ke vesica urinaria untuk ditampung sementara waktu. Pengeluaran urin diatur oleh otot-otot sfingter. Kandung kemih hanya mampu menampung kurang lebih 300 ml. Kadung kemih di kendalikan oleh saraf pelvis dan serabut saraf simpatis dari plexus hipogastrik.
2.    Faktor pembentuk urin
            Hormon anti diuretik (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior akan mempengaruhi penyerapan air pada bagian tubulus distal karma meningkatkan permeabilitias sel terhadap air. Jika hormon ADH rendah maka penyerapan air berkurang sehingga urin menjadi banyak dan encer. Sebaliknya, jika hormon ADH banyak, penyerapan air banyak sehingga urin sedikit dan pekat. Kehilangan kemampuan mensekresi ADH menyebabkan penyakti diabetes insipidus. Penderitanya akan menghasilkan urin yang sangat encer.
Selain ADH, banyak sedikitnya urin dipengaruhi pula oleh faktor-faktor berikut :
a.       Jumlah air yang diminum
Akibat banyaknya air yang diminum, akan menurunkan konsentrasi protein yang dapat menyebabkan tekanan koloid protein menurun sehingga tekanan filtrasi kurang efektif. Hasilnya, urin yang diproduksi banyak.
b.      Saraf
Rangsangan pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus aferen sehingga aliran darah ke glomerulus berkurang. Akibatnya, filtrasi kurang efektif karena tekanan darah menurun.
c.       Banyak sedikitnya hormon insulin
Apabila hormon insulin kurang (penderita diabetes melitus), kadar gula dalam darah akan dikeluarkan lewat tubulus distal. Kelebihan kadar gula dalam tubulus distal mengganggu proses penyerapan air, sehingga orang akan sering mengeluarkan urin.
d.      Zat-zat antidiuretika
Contohnya adalah kopi, teh dan alkohol menghambat reabsorpsi Na, akibatnya ADH berkurang dan urin meningkat
e.       Diabetes Melitus
Orang yang mengidap penyakit diabetes insipidus, mengalami gangguan berupa ketidakmampuan kelenjar hipofisis posterior mensekresikan ADH, sehingga mengakibatkan produksi urin menjadi banyak dan encer, disertai dengan rasa haus yang amat sangat. Seseorang yang menderita diabetes insipidus dalam satu hari dapat mengeluarkan urine sebanyak kurang lebih 20 liter. Untuk itu penderita diabetes insipidus disarankan banyak minum air, untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
f.       Usia
Pengeluaran urin usia balita lebih sering karena balita belum bisa mengendalikan rangsangan untuk miksi dan balita makanan balita lebih banyak berjenis cairan sehingga urin yang dihasilkan lebih banyak sedangkan pengeluaran urin pada lansia lebih sedikit karena setelah usia 40 tahun, jumlah nefron yang berfungsi biasanya menurun kira-kira 10% tiap tahun.
g.      Life-style dan aktivitas
Seorang yang suka berolahraga, urin yang terbentuk akan lebih sedikit dan lebih pekat karena cairan lebih banyak digunakan untuk membentuk energy sehingga cairan yang dikeluarkan lebih banyak dalam bentuk keringat.
h.      Psikologis
Orang yang cemas metabolismenya lebih cepat sehingga urin lebih cepat dikeluarkan.
i.        Cuaca
Bila cuaca panas cairan tubuh lebih banyak dikeluarkan dalam bentuk keringat sedangkan cuaca dingin cairan tubuh akan dikeluarkan dalam bentuk urin.

3.    Fungsi ginjal

Dalam melaksanakan fungsinya, ginjal memiliki unit-unit fungsional, yaitu nefron. Nefron memiliki komponen tubular, yaitu struktur berbentuk tabung dimulai dari kapsula Bowman sampai duktus kolligens. Selain itu, nefron juga memiliki komponen vascular. Dengan komponen inilah ginjal membetuk urin.
Terdapat tiga manfaat utama dari ginjal, yaitu:

1. Ekskresi (membuang zat sisa) 
Apabila sistem pencernaan melakukan fungsi ekresi dengan proses defekasi, maka ginjal melakukan proses eksresinya dengan proses berkemih. Berkemih atau buang air kecil adalah bagian dari cara tubuh membuang zat-zat sisa yang berbahaya atau tidak lagi dibutuhkan demi menjaga homeostatis. Tiga hal yang diatur oleh ginjal dengan eksresi adalah: 
  • Cairan Ekstraseluler. Cairan Ekstraseluler (atau ECF) yaitu segala cairan di luar sel, terdiri dari cairan interstisial serta plasma darah. Dalam hal ini ginjal mengatur keseimbangan elektrolit, terutama Natrium. 
  • Keseimbangan asam basa. Menjaga keseimbangan asam basa tubuh mutlak diperlukan karena pada pH tertentu, enzim dalam tubuh tidak akan bekerja secara normal sehingga dapat menyebabkan kematian. Sebagai contoh ATPase. Jika enzim ini tidak dapat bekerja dengan baik karena pH optimumnya tidak tercapai, makan sangat fatal bagi tubuh. Dalam menjaga keseimbangan ini ginjal berkerja sama dengan paru-paru. 
  • Bahan-bahan metabolic. Antara lain urea, ammonium, obat-obatan, kreatinin. Zat-zat ini dibuang karena memang sudah tidak terpakai lagi, atau karena memang berlebihan dalam tubuh. (Ingatlah, bahwa sesuatu yang berlebihan tak pernah baik).
2. Sekresi
Sekresi yaitu memproduksikan suatu zat dari sel. Ginjal membentuk renin yang berperan dalam mekanisme tekanan darah. Selain itu, ginjal juga mensekresikan eritropoeitin¸ hormon yang memicu pembentukan sel darah merah. Kemudian juga mensekresikan 1,25-dihydrocholecalciferol yang berperan dalam deposisi kalsium dalam tulang serta absorpsi kalsium dalam saluran cerna.

3. Metabolik
Ginjal mensintesis glukosa dari asam amino dan precursor lain saat berpuasa (glukoneogenesis). Fungsinya yaitu mempertahankan keseimbangan kadar air dan elektrolit, osmolaritas, kadar ion cairan tubuh, pH tubuh, eksresi zat asing dan metabolit, kelenjar endokrin serta dalam pengaktifan vitamin D.

Pada prinsipnya fungsi-fungsi di atas berkaitan satu sama lain dan menghasilkan suatu produk yakni urin. Urin yang asam menunjukan keadaan tubuh yang asam, urin yang tinggi glukosa menunjukan kadar glukosa tubuh yang berlebihan, dll. Urin dapat mempresentasikan banyak hal, itu mengapa pada banyak penyakit seringkali diperlukan test urin. 

Urin senantiasa dikeluarkan dari tubuh untuk mempertahankan homeostasis. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa ginjal bersifat uropoetik (uro=urin, poetik=pembentuk artinya ginjal bertugas membentuk urin)

4.        Anatomi organ yang berperan dalam sistem pembentuk urin

 Struktur Makroskopis Ginjal

Bentuk ginjal seperti kacang merah, jumlahnya sepasang dan terletak di dorsal kiri dan kanan tulang belakang di daerah pinggang. Berat ginjal diperkirakan 0,5% dari berat badan, dan panjangnya ± 10 cm. Setiap menit 20-25% darah dipompa oleh jantung yang mengalir menuju ginjal.

Ginjal terdiri dari tiga bagian utama yaitu:
a. korteks (bagian luar) 
b. medulla (sumsum ginjal) 
c. pelvis renalis (rongga ginjal).

Bagian korteks ginjal mengandung banyak sekali nefron ± 100 juta sehingga permukaan kapiler ginjal menjadi luas, akibatnya perembesan zat buangan menjadi banyak. Setiap nefron terdiri atas badan Malphigi dan tubulus (saluran) yang panjang. Pada badan Malphigi terdapatkapsul Bowman yang bentuknya seperti mangkuk atau piala yang berupa selaput sel pipih. Kapsul Bowman membungkus glomerulus. Glomerulus berbentuk jalinan kapiler arterial. Tubulus pada badan Malphigi adalah tubulus proksimal yang bergulung dekat kapsul Bowman yang pada dinding sel terdapat banyak sekali mitokondria. Tubulus yang kedua adalah tubulus distal.
Pada rongga ginjal bermuara pembuluh pengumpul. Rongga ginjal dihubungkan oleh ureter (berupa saluran) ke kandung kencing (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara urin sebelum keluar tubuh. Dari kandung kencing menuju luar tubuh urin melewati saluran yang disebut uretra.
Glomerulus
Glomerulus terdapat di lapisan korteks pada ginjal.
Membran kapiler glomerulus mirip dengan membran kapiler yang lain, kecuali bahwa pada membran tersebut memiliki tiga lapisan utama (sedangkan membran lain hanya memiliki dua lapisan saja). Ketiga lapisan membran glomerulus yang mengelilingi permukaan luar membran dasar kapiler adalah:
1.      Endotelium kapiler
Endotelium kapiler memiliki mempunyai ribuan lubang kecil yang disebut fenestra, mirip dengan kapiler fenestra yang ditemukan di hati. Meskipun fenestrasinya relatif besar, sel endotel kaya akan muatan negatif tertentu yang menghambat aliran protein plasma.
2.      Membran dasar
Membran dasar yang mengelilingi endotel terdiri atas jalinan serabut kolagen dan proteoglikan yang memiliki suatu ruangan besar yang dapat menyaring sejumlah besar air dan zat terlarut yang kecil. Membran dasar secara efektif mencegah filtrasi protein plasma, sebagian karena muatan listrik sangat negatif yang berasal dari proteoglikan.
3.      Lapisan sel epitelial (podosit)
Lapisan sel epitel ini membatasi permukaan luar glomerulus. Sel-sel ini tidak kontinu tetapi mempunyai tonjolan-tonjolan panjang seperti kaki (podosit) yang mengelilingi permukaan luar kapiler. Tonjolan kaki ini dipisahkan oleh celah yang disebut celah pori-pori (slitpores) yang dilalui oleh filtrat glomerulus. Sel-sel epitel juga memiliki muatan negatif, merupakan pembatas tambahan terhadap protein plasma.

Jadi, seluruh lapisan pada dinding kapiler glomerulus merupakan sawar terhadap filtrasi protein plasma yang bermuatan negatif (sehingga terjadi gaya tolak menolak).

Feedback Tubuloglomerular
Podosit

Podosit adalah sel-sel yang terdapat pada kapsula bowman bagian visceral. Podosit berderet mengelilingi pembuluh darah kapiler glomerulus. Podosit berfungsi untuk mengatur banyaknya penyerapan pada glomerulus.

Celah yang terbentuk di antara deret podosit yang berada di atas membran dasar glomerular berfungsi sebagai filtrasi awal. Sebuah lapisan diafragma yang terdiri dari protein seperti nefrin, podosaliksin dan kaderin berperan agar makromolekul seperti albumin dan globulin-γ tetap berada pada sirkulasi darah, dan melewatkan molekul kecil seperti air, glukosa dan ion garam.
Podosit juga berperan dalam regulasi GFR. Ketika terjadi kontraksi pada podosit, celah di antara podosit menjadi menutup, hal ini menurunkan GFR sebab berkurangnya area filtrasi. Sebaliknya, ketika relaksasi, kaki podosit akan membuka dan luas permukaan celah filtrasi menjadi lebih banyak.
Disfungsi podosit diketahui sebagai awal patogenesis beberapa nefropati seperti albuminuria, glomerusklerosis, diabetes, dan lain-lain. Sebuah hormon pleitrofik yaitu HGF memiliki sifat mekanisme perlindungan terhadap sel epitelial renal dengan ekspresi protein c-met. Dari percobaan pada hewan tikus, simtoma albuminuria yang diinduksi oleh adriamycin dapat diredakan dengan pemberian HGF, dan degradasi podosit dapat dicegah oleh asam lipoat.


Tight junction yang terdapat pada tubulus membuat zat yang direabsorbsi haru melewati lima barrier, yaitu:
  • 1.      Zat harus meninggalkan cairan tubular dengan melewati luminal membrane dari sel tubular
  • 2.      Zat harus melewati cytosol dari sisi tubular yang satu dan lainnya.
  • 3.      Zat harus melewati membran basolateral sel untuk memasuki cairan interstitial
  • 4.      Zat harus berdifusi pada cairan interstitial
  • 5.      Zat harus mempenetrasi dinding kapiler untuk memasuki cairan plasma dalam pembuluh.

Ansa Henle
Ansa Henle memiliki fungsi reabsorbsi air, ion Na+, dan Cl-. Pada ansa henle pars descendent, air akan direabsorbsi menuju zat interstitial. Pada ansa henle pars ascendant, ion-ion Na+ dan Cl- akan direabsorbsi menuju zat interstitial. Proses  reabsorbsi menggunakan sistem transpor pasif, yaitu osmosis. Ketika sampai pada cairan interstitial di sekitar ansa henle, zat akan berdifusi dengan cairan tersebut. Namun ansa henle akan bekerja menjaga keseimbangan molaritas dari cairan interstitial dengan selisih antara konsentrasi ansa henle pars ascendant lebih kecil 200 mosm/liter daripada konsentrasi zat interstitial

Uretra

Uretra pada perempuan biasanya lebih pendek karena itu sering terkena infeksi saluran kemih (UTI)

1.        Komposisi urin
Urin mengandung sekitar 95% air. Komposisi lain dalam urin normal adalah bagian padat yang terkandung didalam air. Ini dapat dibedakan beradasarkan ukuran ataupun kelektrolitanya, diantaranya adalah :
  1. Molekul organik (memiliki sifat non elektrolit dimana memiliki ukaran yang reatif besar). Urea CON2H4 atau (NH2)2CO, Kreatin, Asam Urat C5H4N4O3, dan substansi lainya seperti hormon.
  2. Ion. Sodium (Na+), Potassium (K+), Chloride (Cl-), Magnesium (Mg2+, Calcium (Ca2+). Dalam Jumlah Kecil : Ammonium (NH4+), Sulphates (SO42-), Phosphates (H2PO4-, HPO42-, PO43-)
  3. Volume urin. Volume urin yang normal berkisar antara 600 ml – 2500 ml dalam 24 jam. Hal-hal yang dapat mempengaruhi volume urin ini adalah asupan cairan, kegiatan fisik, suhu udara, jenis makanan yang dimakan, pengaruh konsumsi zat antidiuretik (kopi dan alkohol), serta penyakit yang diderita.
  4. Warna. Urin normal berwarna kekuning-kuningan. Obat-obatan dan makanan yang dikonsumsi dapat mengubah warna urin seperti orange gelap. Warna urin merah, kuning, coklat merupakan indikasi adanya penyakit.
  5. Bau. Urin normal berbau aromatik yang memusingkan. Bau yang merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu.
  6. Berat jenis. Berat jenis adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan suatu volume yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai standar. Berat jenis air suling adalah 1, 009 ml. Normal: 1,010 – 1,025.
  7. Kejernihan. Urin normal terang dan transparan. Urin dapat menjadi keruh karena ada mukus atau pus.
  8. pH. pH urin normal sedikit asam (4,5 - 7,5). Urine yang telah melewati temperatur ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktivitas bakteri. Pada vegetarian urinnya sedikit alkali.






BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN

1.1         Kesimpulan
Ginjal memiliki peranan yang sangat penting bagi tubuh. Fungsi umum dari ginjal adalah sebagai organ homeostatik (mengatur zat kimia cairan tubuh dalam batas-batas normal). Pengaturan susunan cairan tubuh oleh ginjal melalui beberapa proses, yaitu filtrasi plasma darah oleh glomeruli, reabsorbsi selektif oleh tubuli, sekresi zat-zat tertentu dalam darah ke lumen tubuli, serta pertukaran ion H dan pembentukan amonia.
Dari hasil proses di atas, akan dihasilkan urin yang mengandung air dan garam (untuk menjaga keseimbangan sel), asam dan basa, sisa-sisa metabolisme yang tidak berguna lagi di tubuh, zat-zat hasil detoksikasi, dan zat lain dari darah yang kadarnya berlebihan di tubuh.

1.2         Saran
Demi menjaga kesehatan ginjal yang merupakan salah satu organ penting dalam tubuh, kita perlu menjaga asupan makanan dan melakukan aktivitas tubuh yang seimbang dengan istirahat.
















DAFTAR PUSTAKA

  1. Sherwood, Lauralee. Human Physiology: From Cells to Systems 7th Edition.
  2. http://www.e-dukasi.net/index.php?mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Materi%20Pokok/view&id=302&uniq=2883
  3. http://www.baileybio.com/plogger/?level=picture&id=820
  4. http://bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/0072%20Bio%202-7b.htm
  5. http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2010/11/28/sistim-eliminasi-urine-dan-fungsi-ginjal/
  6. http://www.edukasi.net/index.php?mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Materi%20Pokok/view&id=302&uniq=2884
  7. http://www.e-dukasi.net/index.php?mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Materi%20Pokok/view&id=302&uniq=2884

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages